• LinkedIn
  • Join Us on Google Plus!
  • Subcribe to Our RSS Feed

Senin, 02 Mei 2016

Diberkati Untuk Menjadi Berkat (Mazmur 67 :1-8)

15.58.00 // by Unknown // No comments


I.    MAZMUR: BUKU NYANYIAN ROHANI KAYA PENGALAMAN
      Kitab Mazmur ini sedikit mirip dengan Buku nyanyian Kidung Jemaat, Buku Ende dan buku nyanyian rohani lainnya yang kita ketahui. Pengalaman pahit, penderitaan, kesesakan, keputusasaan, pengharapan, kebahagiaan, berkat dan kemustahilan, perenungan serta perasaan yang dihadapi oleh seseorang maupun kelompok orang, menginspirasi mereka untuk menulis dan me-nada-kan pengalaman itu dalam lagu rohani yang teduh dan menyentuh. Kitapun pasti menyukai beberapa lagu dari Kidung Jemaat, yang ketika kita nyanyikan, kita mendapatkan keteduhan, ketenangan dan kekuatan. Sebab mungkin, lagu-lagu itu, menyentuh hati dan perasaan, seakan-akan, pengalaman pencipta lagu tersebut adalah pengalaman kita juga.
Kira-kira seperti itulah gambaran kitab Mazmur yang menjadi pembahasan kita pada saat ini. Mazmur 67:1-8 adalah syair lagu yang dicipta berdasarkan pengalaman rohani bersama dengan Allah. Dengan demikian, si pencipta lagu menyanyikan lagu itu karena ia diberkati oleh Tuhan. Mereka (ia) menyanyikannya dengan hati dan perasaan, tidak dengan mulut saja.

II.  ISI LAGUNYA
Lagu yang dicipta berdasarkan pengalaman, biasanya isinya menyangkut sebab-akibat yang dialami dalam hidup seseorang, yang dilantunkan sebagai ungkapan hati dan perasaan, yang disampaikan sebagai informasi dan pengetahuan kepada si pendengar (si pembaca). Mari kita uraikan syair lagu tersebut.

a.   Penyebabnya
si pemazmur diberkati oleh Tuhan dalam bidang pertanian. Tanah dimana ia (mereka) berkebun tidak gersang, tidak tandus, melainkan memberikan hasil kepada mereka (ay.7). Kita tidak diberitahu berapa hasilnya, apakah 1 kwintal, 2 ton atau 1 truk, tapi disebutkan dengan jelas, bahwa tanah itu memberikan hasil kepada mereka. Inilah penyebabnya.

b.   Akibatnya
Setelah berkat itu dilihat, dirasakan dan dinikmati, maka si pemazmur tidak lupa untuk bersyukur kepada Tuhan yang memberikan berkat itu kepadanya. Pemazmur menyadari, bahwa berkat yang diterima dari Tuhan-harus segera diikuti dengan syukur dari manusia. Tuhan mengasihani, memberkati dan menyinari mereka (ay.2), maka ungkapan dan perbuatan syukur (berterima-kasih) harus segera disampaikan kepada Tuhan sang pemberi berkat. Inilah akibat yang pertama.
Kemudian, berkat yang diterima dari Tuhan, tidak membuat si pemazmur lupa daratan dan egois (sombong). Bahwa Tuhan memberkati mereka dengan memberikan hasil pada tanah pertaniannya, menunjukkan dan menegaskan: Tuhan itu tidak PELIT dan tidak SGM (si gotil monis). Jika Ia pelit, maka kita tidak akan pernah menerima berkat. Oleh sebab itulah: mata, hati dan perasaan si pemazmur dibuka dan disadarkan, jika Tuhan aja tidak PELIT, masak saya jadi PELIT! Tuhan memberikan berkat kepada manusia tidak untuk dinikmati sendiri (egois), atau untuk disombongkan (dipamer-pamerkan), akan tetapi untuk disyukuri.
Tuhan itu suka berbagi. Ia memberikan berkat bukan kepada si pemazmur saja, tetapi Ia juga memberikannya kepada banyak orang, kepada banyak suku bangsa (ay.4-6). Jika Tuhan suka berbagi, bagaimana dengan kita? Karakter PELIT dan tidak mau berbagi adalah bukti dan fakta bahwa seseorang itu tidak bersyukur kepada Tuhan, tidak tau berterima kasih. Berkat yang diberikan Tuhan dibatasi hanya bagi dirinya sendiri. Pada hal, orang yang diberi harus mau memberi (berbagi). Inilah akibat yang kedua.

III. JANGAN PELIT, BERSYUKURLAH
Apakah kita diberkati oleh Tuhan? Kita akan menjawab: ya saya/kami diberkati. Mendengar jawaban ini rasanya senang dan puas. Namun pada akhir-akhir ini, jawaban seperti itu sering hanya sekadar klise saja yaitu ungkapan (jawaban) biasa yang terlalu sering disampaikan, namun minus makna (arti) dan tanpa bukti. Kita sering bersungut-sungut, bukan bersyukur. Berkat yang kita pahami sangat dangkal, sempit, picik dan egoistik.
Mendapat 1 kwintal dianggap tidak berkat, meskipun itu dikatakan sebagai berkat (klise). Seharusnya 1 ton donk. Setelah menerima 1 ton barulah dianggap berkat, namun diperlakukan sebagai tidak berkat. Katanya diberkati, tapi tidak bersyukur dan menjadi berkat. Saudara yang terkasih, sebenarnya kita ini adalah orang-orang yang diberkati oleh Tuhan. Hanya saja kita adalah orang-orang yang tidak mau bersyukur, sebab berkat yang kita terima harus segera diikuti dengan syukur. Karena kita tidak mau bersyukur, maka kita menyimpan berkat itu hanya untuk diri sendiri (egois) dan tidak mau berbagi (SGM).
Kita diberkati, namun tidak bersyukur, malahan meminta lebih, setelah lebih, tetap tidak bersyukur dan tidak mau berbagi. Kita diberkati tapi tidak menjadi berkat bagi banyak orang, akhirnya berkat itu busuk dan sangat bau. Kita diberkati, tidak mau bersyukur dan berbagi, tetapi menjadi sombong dan anggap remeh pada sesuatu hal dan kepada orang lain, sebab berkat yang kita terima dari Tuhan disalahgunakan, kita pakai menjadi alat ukur menilai dan memandang orang lain. Itulah sebabnya, orang-orang kaya sering sombong dan anggap remeh. Orang-orang yang diberkati dan menjadi sombong karena tidak bersyukur itu, membuat kelas-kelas sosial dalam hidupnya. Mereka membuat jarak pertemanan, yang mana harus didekati karena selevel, dan mana yang harus dibatasi karena tidak selevel.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Khotbah ini mengingatkan kita, bahwa kita semua adalah Jemaat yang diberkati oleh Tuhan supaya menjadi berkat bagi banyak orang. Orang yang diberkati oleh Tuhan, harus bersyukur dengan kata dan kelakuan,  memuji Dia dan memiliki kerelaan yang tulus untuk berbagi dengan orang lain. Dengan demikian, selamat diberkati untuk menjadi berkat. Amin.


Kata Kunci:
Diberkati untuk menjadi berkat.
Diberi untuk memberi. Bersyukur berarti memberi dan berbagi