I. MAZMUR: BUKU NYANYIAN ROHANI KAYA PENGALAMAN
Kitab Mazmur ini sedikit mirip dengan Buku nyanyian
Kidung Jemaat, Buku Ende dan buku nyanyian rohani lainnya yang kita ketahui.
Pengalaman pahit, penderitaan, kesesakan, keputusasaan, pengharapan, kebahagiaan,
berkat dan kemustahilan, perenungan serta perasaan yang dihadapi oleh seseorang
maupun kelompok orang, menginspirasi mereka untuk menulis dan me-nada-kan
pengalaman itu dalam lagu rohani yang teduh dan menyentuh. Kitapun pasti
menyukai beberapa lagu dari Kidung Jemaat, yang ketika kita nyanyikan, kita
mendapatkan keteduhan, ketenangan dan kekuatan. Sebab mungkin, lagu-lagu itu,
menyentuh hati dan perasaan, seakan-akan, pengalaman pencipta lagu tersebut
adalah pengalaman kita juga.
Kira-kira seperti itulah gambaran kitab Mazmur yang
menjadi pembahasan kita pada saat ini. Mazmur 67:1-8 adalah syair lagu yang
dicipta berdasarkan pengalaman rohani bersama dengan Allah. Dengan demikian, si pencipta
lagu menyanyikan lagu itu karena ia diberkati oleh Tuhan. Mereka (ia) menyanyikannya dengan hati dan
perasaan, tidak dengan mulut saja.
II. ISI LAGUNYA
Lagu yang dicipta berdasarkan pengalaman, biasanya
isinya menyangkut sebab-akibat yang dialami dalam hidup seseorang, yang
dilantunkan sebagai ungkapan hati dan perasaan, yang disampaikan sebagai
informasi dan pengetahuan kepada si pendengar (si pembaca). Mari kita uraikan syair lagu tersebut.
a. Penyebabnya
si pemazmur diberkati oleh Tuhan dalam
bidang pertanian. Tanah dimana ia (mereka)
berkebun tidak gersang, tidak tandus, melainkan memberikan hasil kepada mereka (ay.7). Kita tidak diberitahu berapa
hasilnya, apakah 1 kwintal, 2 ton atau 1 truk, tapi disebutkan dengan jelas,
bahwa tanah itu memberikan hasil kepada mereka. Inilah penyebabnya.
b. Akibatnya
Setelah berkat itu dilihat, dirasakan
dan dinikmati, maka si pemazmur tidak lupa untuk bersyukur kepada Tuhan yang
memberikan berkat itu kepadanya. Pemazmur menyadari, bahwa
berkat yang diterima dari Tuhan-harus segera diikuti dengan syukur dari manusia. Tuhan mengasihani, memberkati dan menyinari mereka (ay.2), maka ungkapan dan perbuatan
syukur (berterima-kasih) harus segera
disampaikan kepada Tuhan sang pemberi berkat. Inilah
akibat yang pertama.
Kemudian, berkat yang diterima dari
Tuhan, tidak membuat si pemazmur lupa daratan dan egois (sombong). Bahwa Tuhan memberkati mereka dengan memberikan hasil
pada tanah pertaniannya, menunjukkan dan menegaskan: Tuhan itu tidak PELIT dan
tidak SGM (si gotil monis). Jika Ia
pelit, maka kita tidak akan pernah menerima berkat. Oleh sebab itulah: mata,
hati dan perasaan si pemazmur dibuka dan disadarkan, jika Tuhan aja tidak
PELIT, masak saya jadi PELIT! Tuhan memberikan berkat kepada manusia tidak
untuk dinikmati sendiri (egois), atau
untuk disombongkan (dipamer-pamerkan),
akan tetapi untuk disyukuri.
Tuhan itu suka berbagi. Ia memberikan
berkat bukan kepada si pemazmur saja, tetapi Ia juga memberikannya kepada
banyak orang, kepada banyak suku bangsa (ay.4-6).
Jika Tuhan suka berbagi, bagaimana dengan kita? Karakter PELIT dan tidak mau
berbagi adalah bukti dan fakta bahwa seseorang itu tidak bersyukur kepada
Tuhan, tidak
tau berterima kasih. Berkat yang
diberikan Tuhan dibatasi hanya bagi dirinya sendiri. Pada hal, orang yang
diberi harus mau memberi (berbagi). Inilah akibat yang kedua.
III. JANGAN PELIT, BERSYUKURLAH
Apakah kita diberkati oleh Tuhan? Kita akan menjawab: ya
saya/kami diberkati. Mendengar jawaban
ini rasanya senang dan puas. Namun pada akhir-akhir ini, jawaban seperti itu
sering hanya sekadar klise saja yaitu ungkapan (jawaban) biasa yang terlalu sering disampaikan, namun minus makna (arti) dan tanpa bukti. Kita sering
bersungut-sungut, bukan bersyukur. Berkat yang kita pahami sangat dangkal,
sempit, picik dan egoistik.
Mendapat 1 kwintal dianggap tidak berkat, meskipun itu
dikatakan sebagai berkat (klise).
Seharusnya 1 ton donk. Setelah menerima 1 ton barulah dianggap berkat, namun
diperlakukan sebagai tidak berkat. Katanya diberkati, tapi tidak bersyukur dan
menjadi berkat. Saudara yang terkasih, sebenarnya kita ini adalah orang-orang
yang diberkati oleh Tuhan. Hanya saja kita adalah orang-orang yang tidak mau
bersyukur, sebab berkat yang kita terima harus segera diikuti dengan syukur.
Karena kita tidak mau bersyukur, maka kita menyimpan berkat itu hanya untuk
diri sendiri (egois) dan tidak mau
berbagi (SGM).
Kita diberkati, namun tidak bersyukur, malahan meminta
lebih, setelah lebih, tetap tidak bersyukur dan tidak mau berbagi. Kita
diberkati tapi tidak menjadi berkat bagi banyak orang, akhirnya berkat itu
busuk dan sangat bau. Kita diberkati, tidak mau bersyukur dan berbagi, tetapi
menjadi sombong dan anggap remeh pada sesuatu hal dan kepada orang lain, sebab
berkat yang kita terima dari Tuhan disalahgunakan, kita pakai menjadi alat ukur
menilai dan memandang orang lain. Itulah sebabnya, orang-orang kaya sering
sombong dan anggap remeh. Orang-orang yang diberkati dan menjadi sombong karena
tidak bersyukur itu, membuat kelas-kelas sosial dalam hidupnya. Mereka membuat
jarak pertemanan, yang mana harus didekati karena selevel, dan mana yang harus
dibatasi karena tidak selevel.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus.
Khotbah ini mengingatkan kita, bahwa kita semua adalah Jemaat yang diberkati
oleh Tuhan supaya menjadi berkat bagi banyak orang. Orang yang diberkati oleh
Tuhan, harus bersyukur dengan kata dan kelakuan, memuji Dia dan memiliki kerelaan yang tulus
untuk berbagi dengan orang lain. Dengan demikian, selamat diberkati untuk
menjadi berkat. Amin.
Kata Kunci:
Diberkati untuk menjadi berkat.
Diberi untuk memberi. Bersyukur berarti memberi dan berbagi
0 komentar:
Posting Komentar